MENGAPA FILSAFAT
Dalam
pengantar Ach. Dhofir manulis “ Juallah kepandaianmu untuk membeli keheranan
karena satu rasa heran akan melahirkan seribu pertanyaan filosofis, satu
pertanyaan filosofis akan melahirkan seribu pengetahuan, satu pengetahuan akan
merubah wajah dunia- peradaban”.
Dalam
lanskap pengetahuan sangat penting untuk mengetahui gerak perubahan yang di
mulai dari rasio –akal budi. Akal budi adalah anugerah terbesar yang diberikan
Tuhan kepada makhluk-makhluknya, dengan akal budi manusia menjadi pembeda
dengan binatang-binatang, dengan akal budi pulah-lah manusia dijadikan manusia
rasional.
Buku
ini, di awali dari Gerak Filsafat yang di mulai dari Timur yakni India dan China.
Filsafat India berangkat dari titik pijak ‘Veda’ hingga tumbuh perkasa menjadi
‘Jivan Mukti’ akan tetapi, istilah filsafat sebenarnya tak di kenal dalam
kalangan tradisi intelektual India, maka kata yang mendekati filasafat adalah
‘Darsana’ (hal.25) secara umum Darsana berarti eksposisi kritis, survey logis
atau sistem-sistem. Pendek kata, Darsana melihat kedalam, baik pengetahuan
konseptual dan pengalaman intuitif.
Sebagai
sebuah alat pembedah, Darsana di jadikan way of life, jika Darsana
merupakan pedoman hidup bukan hanya pemikiran melainkan terdapat Atman. Atman
sendiri merupakan orientasi Darsana. Atman adalah prinsip kecerdasan yang
berangkat dari akal budi yang meresapi setiap makhluk dan alam semesta
ini.(hal. 29)
Sementara
posisi Nalar sangat di perlukan untuk memperjelas doktrin-doktrin dalam kitab
suci, dalam kitab suci Hindus bernama Srutti karena Srutti mempunyai otoritas
tertinggi dalam menemukan kebenaran. Kemudian Eksistensi Brahman berada dalam
kitab suci Srutti, Brahman atau Tuhan “Realitas tertinggi” adalah penyebab
adanya kitab suci. Pengetahuan Brahman merupakan hasil dari refleksi atas makna
mendalam dari ajaran-ajaran Srutti.
Lewat
nalar yang sejalan dengan Srutti dapat membuktikan eksistensi Tuhan baik
sebagai penyebab material maupun penyebab efisien makro-kosmos, tentu juga
manusia sebagai mikro-kosmos yang tercerahkan oleh kitab suci (hal. 39). Hal
ini, Brahman memperlihatkan dirinya pada kesadaran intuisi karena Brahman pada
puncaknya dirasakan melalui intuisi. Oleh sebab itu, wajar sekali jika Atman
atau Brahman menghadirkan dirinya pada intuisi.
Pesta
Cahaya dari Selatan
Bintang
gejora itu mulai terbit menerangi seluruh Negri, lanskap pengetahuan mulai
tertata sejak pra-Konfusius, Lao Tzu dan Mo Tzu. Dengan kata lain, China sudah
beradab. Nah, China pasca Lao Tzu dan Konfusius sistematika filsafat menjadi
fondasi bagi kemajuan peradaban China klasik sehingga dapat mengiringi berkembangnya
pemerintahan beberapa Dinasti, sehingga China tak terlepas dengan Imperium
Politik.
Perjalanan
filsafat China tak dapat dipisahkan dari pemerintahan, gejala politik tak dapat
di hindarkan demi kekusaaan sang Raja. Akibatnya Filsafat China dicap sebagai
filsafat politik bukan filsafat pengetahuan.(hal.92)
Meskipun
berbagai corak yang di timbulkan oleh filsafat Tiongkok, pada dasarnya filsafat
China menyetujui bahwa mewujudkan kesempurnaan manusia haruslah merupakan
tujuan utama, tetapi mengalami pembedaan mengenai jalan yang harus di wujudkan.
Dalam pemahaman Tao, kesempurnaan dapat di wujudkan dengan jalan bathiniyah
kodrat alam, sedangkan pandangan Konfusius ialah kesempurnaan harus di wujudkan
dengan jalan mengolah kodrat manusia ‘Jen’ dan kewajiban sosial.(hal. 95)
Sejalan
dengan perkembangan pengetahuan, konsep Yin dan Yang mulai di
perkenalkan, ia timbul dari Tai Ji ‘Tai Chi’ mereka mengatakan
kesempurnaan kosmos mencapai puncaknya setelah muncul Yin dan Yang.
Integralisme paham Yin dan Yang menjadikan jagad semesta bergerak
seimbang dan harmonis serta mengelilingi kehidupan. Yin
merepresentasikan banyak karakter di antaranya, diam, betina,dingin, menyerap,
lembut, beku dan padat. Sementara Yang mempunyai sifat gerak,keras,cair,
terang, jantan dan penentang. (hal.106). Keduanya inheren, perpaduan keduanya
merupakan sebuah keharusan untuk alam ini supaya berfungsi dan sejalan dengan
harmonis.
Sebagai
sebuah pemikiran, filsafat China mengajarkan bahwa manusia sebenarnya adalah
agen kosmos yang mempunyai tugas untuk mengkonstelasikan kebudayaan pada
galaksi, dalam kontek ini kebudayaan galaksi berperan pada posisi dan fungsi
alam.
Sesuai
dengan corak pemikiran filsafat China yang lebih mengarah pada filsafat
politik. Hal itu dapat di lihat di karya Lao Tzu yaitu ‘Tao Te Ching’ sebuah karya filosofis
terbesar sepanjang historis dunia. Tao Te Ching mempunyai arti ‘Jalan
Kekuatan’, Tao; jalan -Te; Kebijakan - dan Ching; tertinggi maka Tao Te Ching
mengambarkan seseorang yang menyatu dengan Tao ‘Jalan’. Pendek kata, menyatu
dengan semesta. Martin Palmer juga merepresentasikan bahwa sebuah dunia
keteratuan dimana kita harus bekerja sama dengannya, bukan sebuah dunia dimana
kita menjaga diri kita sendiri.(hal.149). Ia mengartikan dalam dunia saat ini,
manusia tidak diharapkan untuk berjuang keras karena dengan keyakinan bahwa
sudah ada keharrmonisan yang akan mengantarkan pada hal-hal yang di butuhkan
manusia. Bukan berlari kencang
memperbudak dirinya dengan mengabaikan Tao.
Manusia
Menuju Paripurna
Arti
penting dalam buku ini terletak pada argument tentang manusia menuju peripurna
‘Menjadi Jivan Mukti’. Perdebatan tentang ‘siapa manusia’ sejak dulu tak ada
habisnya, mulai rasionalitas di gulirkan.Sehingga muncul antropologi filosofis
untuk memahami manusia, antropologi adalah jalan paling tua, di luar agama,
yang di tempuh untuk menjawab siapa manusia tersebut. Diri manusia menjadi
sebuah diskursus yang tak pernah final di perbincangkan.
Karena
Diri bukanlah realistas fisik dan anatomi tubuh, bukan juga symbol-atribut dan
status sosial, bahkan bukan pula yang gagasan kebudayaan manusia. Namun Diri
harus dipahami sebagai ‘Aku Sejati’ atau ‘aku transenden’, yakni ‘Aku’. Diri
merupakan titik dimana aktifitas hidup berawal darinya. Ini tentunya sebuah
pergulatan panjang yang sarat dengan refleksi-refleksi metafisis dan filosofis
(hal. 37). Karena Diri adalah kehendak dan yang hanya memiliki kehendak adalah
Tuhan itu sendiri.
Manurut
Muhammad Iqbal,filsuf India. Bahwa khudi atau ego merupakan satu
kesatuan yang riil dan menjadi landasan dari semua kehidupan, ego adalah iradah
kreatif yang terarah secara rasional.
Dalam
filsafat Timur memandang segala realitas yang ada di jagad kosmos adalah yang
Absolute. Kalau di lihat dari sudut duniawi yang dibatasi oleh ruang dan waktu hukum
kausalitas. Oleh sebab itu, dia realitas yang ‘Satu’. Dalam lanskap pemandangan
yang sangat indah karena didepan manusia terpampang layar yang panjang. Jika
layar itu di lihat masih sebesar lubang jarum maka akan samar-samar. Seandainya
sudah terbebas dari layar panjang tersebut, akan tersingkap dan mendapatkan
pemandanagan secara langsung sebab sudah moksa dari ruang – waktu dan
kausalitas, pada saat bersamaan diri telah teraktualisasi sebagai manusia
paripurna ‘Jivan Mukti’(hal,209).
Bagi
manusia paripurna, Roh adalah elemen paling terang-tubuh adalah bagian
tergelap, sementara jiwa adalah jembatan penghubung roh dan tubuh. Buku ini
mengajak manusia untuk mencari ‘Diri sejati’ dalam menjalani hidup, tetep
menghayati misteri Tuhan dan kehidupan serta selalu siap memperbaiki kualitas
hidup yakni menjadi Insan Kamil.
DATA
BUKU
Judul : Filsafat Timur : Sebuah
Pergulatan Menuju Manusia Paripurna
Penulis
: Ach. Dhofir Zuhry
Penerbit : Madani (Kelompok Penerbit Intrans)
Cetakan : Februari, 2013
Tebal : vi + 242 Halaman
ISBN :978-602-19308-5-4
mantap (y)
BalasHapusmantap (y)
BalasHapus