Custom content

Selamat datang di blog Sekolah Tinggi Filsafat "AL-FARABI" Silahkan kirim tulisan anda ke alamat stf.alfarabi@gmail.com

MENGAPA FILSAFAT



Resensi buku,

Mengapa Filsafat
Oleh: Abdus Salam (AAS), Mahasisawa STF Al-Farabi Malang



Dalam pengantar Ach. Dhofir manulis “ Juallah kepandaianmu untuk membeli keheranan karena satu rasa heran akan melahirkan seribu pertanyaan filosofis, satu pertanyaan filosofis akan melahirkan seribu pengetahuan, satu pengetahuan akan merubah wajah dunia- peradaban”.
Dalam lanskap pengetahuan sangat penting untuk mengetahui gerak perubahan yang di mulai dari rasio –akal budi. Akal budi adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada makhluk-makhluknya, dengan akal budi manusia menjadi pembeda dengan binatang-binatang, dengan akal budi pulah-lah manusia dijadikan manusia rasional. 
Buku ini, di awali dari Gerak Filsafat yang di mulai dari Timur yakni India dan China. Filsafat India berangkat dari titik pijak ‘Veda’ hingga tumbuh perkasa menjadi ‘Jivan Mukti’ akan tetapi, istilah filsafat sebenarnya tak di kenal dalam kalangan tradisi intelektual India, maka kata yang mendekati filasafat adalah ‘Darsana’ (hal.25) secara umum Darsana berarti eksposisi kritis, survey logis atau sistem-sistem. Pendek kata, Darsana melihat kedalam, baik pengetahuan konseptual dan pengalaman intuitif.
Sebagai sebuah alat pembedah, Darsana di jadikan way of life, jika Darsana merupakan pedoman hidup bukan hanya pemikiran melainkan terdapat Atman. Atman sendiri merupakan orientasi Darsana. Atman adalah prinsip kecerdasan yang berangkat dari akal budi yang meresapi setiap makhluk dan alam semesta ini.(hal. 29)
Sementara posisi Nalar sangat di perlukan untuk memperjelas doktrin-doktrin dalam kitab suci, dalam kitab suci Hindus bernama Srutti karena Srutti mempunyai otoritas tertinggi dalam menemukan kebenaran. Kemudian Eksistensi Brahman berada dalam kitab suci Srutti, Brahman atau Tuhan “Realitas tertinggi” adalah penyebab adanya kitab suci. Pengetahuan Brahman merupakan hasil dari refleksi atas makna mendalam dari ajaran-ajaran Srutti.
Lewat nalar yang sejalan dengan Srutti dapat membuktikan eksistensi Tuhan baik sebagai penyebab material maupun penyebab efisien makro-kosmos, tentu juga manusia sebagai mikro-kosmos yang tercerahkan oleh kitab suci (hal. 39). Hal ini, Brahman memperlihatkan dirinya pada kesadaran intuisi karena Brahman pada puncaknya dirasakan melalui intuisi. Oleh sebab itu, wajar sekali jika Atman atau Brahman menghadirkan dirinya pada intuisi.

Pesta Cahaya dari Selatan
Bintang gejora itu mulai terbit menerangi seluruh Negri, lanskap pengetahuan mulai tertata sejak pra-Konfusius, Lao Tzu dan Mo Tzu. Dengan kata lain, China sudah beradab. Nah, China pasca Lao Tzu dan Konfusius sistematika filsafat menjadi fondasi bagi kemajuan peradaban China klasik sehingga dapat mengiringi berkembangnya pemerintahan beberapa Dinasti, sehingga China tak terlepas dengan Imperium Politik.
Perjalanan filsafat China tak dapat dipisahkan dari pemerintahan, gejala politik tak dapat di hindarkan demi kekusaaan sang Raja. Akibatnya Filsafat China dicap sebagai filsafat politik bukan filsafat pengetahuan.(hal.92)
Meskipun berbagai corak yang di timbulkan oleh filsafat Tiongkok, pada dasarnya filsafat China menyetujui bahwa mewujudkan kesempurnaan manusia haruslah merupakan tujuan utama, tetapi mengalami pembedaan mengenai jalan yang harus di wujudkan. Dalam pemahaman Tao, kesempurnaan dapat di wujudkan dengan jalan bathiniyah kodrat alam, sedangkan pandangan Konfusius ialah kesempurnaan harus di wujudkan dengan jalan mengolah kodrat manusia ‘Jen’ dan kewajiban sosial.(hal. 95)
Sejalan dengan perkembangan pengetahuan, konsep Yin dan Yang mulai di perkenalkan, ia timbul dari Tai Ji ‘Tai Chi’ mereka mengatakan kesempurnaan kosmos mencapai puncaknya setelah muncul Yin dan Yang. Integralisme paham Yin dan Yang menjadikan jagad semesta bergerak seimbang dan harmonis serta mengelilingi kehidupan. Yin merepresentasikan banyak karakter di antaranya, diam, betina,dingin, menyerap, lembut, beku dan padat. Sementara Yang mempunyai sifat gerak,keras,cair, terang, jantan dan penentang. (hal.106). Keduanya inheren, perpaduan keduanya merupakan sebuah keharusan untuk alam ini supaya berfungsi dan sejalan dengan harmonis.
Sebagai sebuah pemikiran, filsafat China mengajarkan bahwa manusia sebenarnya adalah agen kosmos yang mempunyai tugas untuk mengkonstelasikan kebudayaan pada galaksi, dalam kontek ini kebudayaan galaksi berperan pada posisi dan fungsi alam.
Sesuai dengan corak pemikiran filsafat China yang lebih mengarah pada filsafat politik. Hal itu dapat di lihat di karya Lao Tzu  yaitu ‘Tao Te Ching’ sebuah karya filosofis terbesar sepanjang historis dunia. Tao Te Ching mempunyai arti ‘Jalan Kekuatan’, Tao; jalan -Te; Kebijakan - dan Ching; tertinggi maka Tao Te Ching mengambarkan seseorang yang menyatu dengan Tao ‘Jalan’. Pendek kata, menyatu dengan semesta. Martin Palmer juga merepresentasikan bahwa sebuah dunia keteratuan dimana kita harus bekerja sama dengannya, bukan sebuah dunia dimana kita menjaga diri kita sendiri.(hal.149). Ia mengartikan dalam dunia saat ini, manusia tidak diharapkan untuk berjuang keras karena dengan keyakinan bahwa sudah ada keharrmonisan yang akan mengantarkan pada hal-hal yang di butuhkan manusia. Bukan berlari kencang  memperbudak dirinya dengan mengabaikan Tao.

Manusia Menuju Paripurna
Arti penting dalam buku ini terletak pada argument tentang manusia menuju peripurna ‘Menjadi Jivan Mukti’. Perdebatan tentang ‘siapa manusia’ sejak dulu tak ada habisnya, mulai rasionalitas di gulirkan.Sehingga muncul antropologi filosofis untuk memahami manusia, antropologi adalah jalan paling tua, di luar agama, yang di tempuh untuk menjawab siapa manusia tersebut. Diri manusia menjadi sebuah diskursus yang tak pernah final di perbincangkan.
Karena Diri bukanlah realistas fisik dan anatomi tubuh, bukan juga symbol-atribut dan status sosial, bahkan bukan pula yang gagasan kebudayaan manusia. Namun Diri harus dipahami sebagai ‘Aku Sejati’ atau ‘aku transenden’, yakni ‘Aku’. Diri merupakan titik dimana aktifitas hidup berawal darinya. Ini tentunya sebuah pergulatan panjang yang sarat dengan refleksi-refleksi metafisis dan filosofis (hal. 37). Karena Diri adalah kehendak dan yang hanya memiliki kehendak adalah Tuhan itu sendiri.
Manurut Muhammad Iqbal,filsuf India. Bahwa khudi atau ego merupakan satu kesatuan yang riil dan menjadi landasan dari semua kehidupan, ego adalah iradah kreatif yang terarah secara rasional.
Dalam filsafat Timur memandang segala realitas yang ada di jagad kosmos adalah yang Absolute. Kalau di lihat dari sudut duniawi yang dibatasi oleh ruang dan waktu hukum kausalitas. Oleh sebab itu, dia realitas yang ‘Satu’. Dalam lanskap pemandangan yang sangat indah karena didepan manusia terpampang layar yang panjang. Jika layar itu di lihat masih sebesar lubang jarum maka akan samar-samar. Seandainya sudah terbebas dari layar panjang tersebut, akan tersingkap dan mendapatkan pemandanagan secara langsung sebab sudah moksa dari ruang – waktu dan kausalitas, pada saat bersamaan diri telah teraktualisasi sebagai manusia paripurna ‘Jivan Mukti’(hal,209).
Bagi manusia paripurna, Roh adalah elemen paling terang-tubuh adalah bagian tergelap, sementara jiwa adalah jembatan penghubung roh dan tubuh. Buku ini mengajak manusia untuk mencari ‘Diri sejati’ dalam menjalani hidup, tetep menghayati misteri Tuhan dan kehidupan serta selalu siap memperbaiki kualitas hidup yakni menjadi Insan Kamil. 

DATA BUKU
Judul               : Filsafat Timur : Sebuah Pergulatan Menuju Manusia Paripurna
Penulis             : Ach. Dhofir Zuhry
Penerbit           : Madani (Kelompok Penerbit Intrans)
Cetakan           : Februari, 2013
Tebal               : vi + 242 Halaman
ISBN               :978-602-19308-5-4

2 komentar: