Custom content

Selamat datang di blog Sekolah Tinggi Filsafat "AL-FARABI" Silahkan kirim tulisan anda ke alamat stf.alfarabi@gmail.com

Si Belerang Merah “Ibnu Arabi”


Si Belerang Merah “Ibnu Arabi”
oleh: Ach. Dhofir Zuhry


رايت الحق فالاعيان حقا # وفي الاسماء فلم اراه سواني

     I. IBNU "SI BELERANG MERAH" ARABI (560/1165-638 H/1240 M)
A.  Biografi  (مناقب )  
Abu Bakr Muhammad ibn al-‘Arabi, lahir di Murcia, Spanyol ini lahir pada tanggal 17 Ramadhan 560 H /1165 M. Dia dijuluki ”Syaikh al-Akbar” (Sang Mahaguru) dan ”Muhyiddin” (Sang Penghidup Agama) dan "al-Kibrit al-Ahmar" (si Belerang Merah). Kendati tidak mendirikan tarekat populer—atau agama massa menurut istilah Fazlur Rahman—pengaruh Ibn Arabi atas para sufi meluas dengan cepat, melalui mahasiswa-mahasiswa terdekatnya yang mengulas ajaran-ajaran dengan terminologi intelektual maupun filosofis.
Ayah Ibn Arabi adalah pegawai Muhammad ibn Mardanisy, penguasa Murcia. Ketika ia berusia tujuh tahun, Murcia ditaklukkan oleh Dinasti al-Muwahhidun (al-Mohad) sehingga ia membawa pergi keluarganya ke Sevilla. Di tempat itu, sekali lagi dirinya menjadi pegawai pemerintah. Pada masa mudanya Ibn Arabi bekerja sebagai sekretaris Gubernur Sevilla dan menikahi seorang gadis bernama Maryam, yang berasal dari sebuah keluarga berpengaruh. Pada tahun 590 si Belerang Merah meninggalkan Spanyol untuk mengunjungi Tunisia. Tahun 597/1200, sebuah ilham spiritual memerintahkan dirinya untuk pergi ke timur. Dua tahun kemudian, ia melakukan ibadah haji ke Mekkah dan berkenalan dengan seorang syaikh dari Isfahan yang memiliki seorang puteri. Pertemuan dengan perempuan ini mengilhami Ibn ’Arabi untuk menyusun Tarjumân al-Asywâq (Tafsir Kerinduan). Di Mekkah pula ia berjumpa dengan Majd al-Din Ishaq, seorang syaikh dari Malatya, yang kelak akan mempunyai seorang putra yang menjadi murid terbesar Ibn Arabi, Shadr al-Din al-Qunawi (606-673/1210-1274).
Dalam perjalanan menyertai kepulangan Majd al-Din ke Malatya, Ibn Arabi bermukim sementara waktu di Mosul. Di kota ini, ia ditahbiskan oleh Ibn al-Jami’, seseorang yang memperoleh kekuatan spiritual dari tangan Nabi Khidhr. Selama beberapa tahun Ibn Arabi melancong dari kota ke kota di Turki, Suriah, Mesir, serta kota suci Mekkah dan Madinah. Pada tahun 608/1211-12 M, ia dikirim ke Bagdad oleh Sultan Kay Kaus I (607-616/1210-19) dari Konya dalam misi yuridis kekhalifahan, kemungkinan ditemani oleh Majd al-Din. Ibn ’Arabi memiliki hubungan baik dengan sultan ini dan mengirimnya surat-surat berisi nasihat praktis. Dia pun merupakan sahabat dari penguasa Aleppo, Malik Zhahir (582-615/1186-1218), putra Sultan Saladin (Shalah al-Din) al-Ayyubi.
Pada tahun 620/1233, Ibn Arabi menetap di Damaskus, tempat sejumlah muridnya, termasuk al-Qunawi, menemaninya sampai akhir hayat. Menurut sejumlah sumber awal, ia menikah dengan janda Majd al-Din, ibu al-Qunawi. Selama periode tersebut, penguasa Damaskus dari Dinasti Ayyubiyah, Muzhaffar al-Din merupakan salah seorang muridnya. Dalam sebuah dokumen berharga yang bertahun 632/1234, Ibn ’Arabi menganugerahinya izin (ijazah) untuk mengajarkan karya-karyanya yang ditengarai berjumlah 290 buah. Ia pun menyebutkan tujuh puluh karya tersendiri dalam keilmuan tertentu, yang menunjukkan ketidaklengkapan informasi tersebut. Dari sumber tadi, jelas bahwa dalam upaya menyempurnakan studi tasawuf yang dilakukannya Ibn ’Arabi menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari pengetahuan eksoteris seperti tujuh qira’ah al-Quran, tafsir, fikih, dan, terutama, hadis.
Ibn Arabi wafat di Damaskus pada 16 November 1240 bertepatan tanggal 22 Rabiul Akhir 638 H pada usia tujuh puluh tahun. Pencapaian spiritualnya yang luar biasa telah menyebar ke hampir seluruh Dunia Islam, dan bahkan Barat, hingga sekarang.

B. Karyanya ( نتائج الفكر )
Ibn Arabi tidak menulis seperti penulis biasa. Ia pernah berkata, “Apa yang telah aku tulis, tidak pernah tertulis dengan satu tujuan sebagaimana penulis-penulis yang lain. Cahaya-cahaya dari inspirasi Ilahi sering terpancar kepadaku dan hampir menyelubungiku, hingga aku hanya bisa mengekspresikannya dari pikiranku dan mencatat di kertas apa yang telah ditampakkan untukku. Jika tulisanku tampak berupa sebuah komposisi, itu terjadi tanpa disdngaja. Sebagian karyaku, telah kutulis karena perintah dari Tuhan, yang telah disampaikan kepadaku di dalam mimpi atau melalui kasyaf. Kalbuku berpaut di pintu Hadirat Ilahi, menunggu dengan penuh kesadaran apa yang akan datang ketika pintu itu terbuka. Kalbuku fakir dan membutuhkan, kosong dari segala ilmu. Ketika sesuatu mulai tampak kepada kalbu dari balik tirai, kalbu segera menaatinya dan mencatatnya dalam batasan yang sudah ditentukan.”
Karya Ibn Arabi yang terbesar dan ensiklopedis adalah Futuhat al-Makkiyyah. Kitab ini mempunyai 560 bab yang membicarakan prinsip-prinsip metafisik dan berbagai ilmu sakral dan juga tercatat di dalamnya pengalaman-pengalaman spiritual Ibn ‘Arabi. Futuhat, tegas Ibn ‘Arabi, bukanlah satu karya individualis, tetapi, “Ketahuilah bahwa susunan bab-bab di dalam Futuhat bukanlah hasil dari pilihanku sendiri maupun dari pikiranku. Sebenarnya, Tuhanlah yang telah mendikte kepadaku semua yang telah kutulis lewat malaikat inspirasi.”
Beberapa peneliti Ibnu Arabi, seperti Nasr menjelaskan tentang isi Futuhat, “The Futuhat contains, in addition to the doctrines of Sufism, much about the lives and sayings of the earlier Sufis, cosmological doctrines of Neoplatonic origin integrated into Sufi metaphysics, esoteric sciences, alchemical and astrological symbolism, and practically everything else of an esoteric nature which in one way or another has a found a place in the Islamic scheme of things.”
Fushush al-Hikam, menurut Ibn Arabi adalah pemberian dari Nabi sendiri.  “Amma ba’du, aku telah melihat Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, dalam satu penglihatan batin (mubasysyirah) yang telah diperlihatkan kepadaku di sepuluh hari terakhir di bulan Muharam pada tahun 627 di kota Damisyq. Dan di tangan beliau, ada sebuah kitab. Beliau berkata kepadaku: ‘Ini adalah kitab Fushush Al-Hikam. Ambillah ia dan sampaikanlah ia kepada manusia agar bermanfaat.’ Dan aku berkata: ‘Aku dengar dan aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya”
Jelas dari kalimat Ibn ‘Arabi, kitab Fushush al-Hikam bukanlah karyanya sendiri. Tetapi secara esensial ia adalah kitab dari Sumber Ilahi. Ibn Arabi sekadar "mesin ketik". Tentang nama kitab ini, Qaysari menafsirkan ketika Ibn Arabi memberitahu, “Ini adalah kitab Fushush al-Hikam”, ada kemungkinan di sini beliau ingin memberitahu bahwa nama kitab tersebut di sisi Allah adalah sebagaimana yang disebutkan, maka itu Nabi menamakan kitab itu sesuai dengan namanya di sisi Allah. Sudah tentu antara “nama” (al-ism) dan “yang dinamakan” (al-musamma) akan ada relasi". Dengan demikian “yang dinamakan” adalah intisari (quintessence) hikmah-hikmah dan rahasia yang telah diturunkan kepada arwah para nabi yang disebut dalam kitab itu. Al-Fashsh juga berarti tatakan atau penyangga batu-cincin atau cap-cincin (seal). Karena kalbu insan kamil adalah tempat tertulisnya hikmah Ilahiah, maka itu kalbu diumpamakan sebagai al-fashsh.
Dari itu kata Fushush al-Hikam berarti tempat terletaknya batu-cincin yang bernilai atau dengan kata lahn, ia adalah kalbu-kalbu insan kamil yang terletak dan terkandung di dalamnya hikmah dan rahasia Ilahiah. Dan Insan Kamil di sini direpresentasi dengan para Nabi, yang kalbu mereka adalah lokus termanifestasinya hikmah Ilahiah. Al-Kalimah yang sebenarnya mengandung al-fashsh, karena yang individual yaitu “al-juz’i” yang akan terkandung di dalam yang universal yaitu “al-kulli” dan tidak sebaliknya. Dengan kata lain, manusia dalam derajat individual yang terkandung di dalam manusia derajat universal. Ketika terjadi penyatuan antara manusia individual dengan Hikmah Ilahiah, manusia itu adalah determinasi Kalimat Tuhan. Maka itu setiap nabi sebagai Insan Kamil mengandungi dirinya sendiri yaitu diri individualnya karena ia mengandungi Hikmah Ilahiah. Dan berkaitan dengan diri universal dan esensialnya pula, dia adalah identik dengan Hikmah tersebut. Sekali lagi saya mau menegaskan, secara lahiriah kelihatannya manusia yang mengandungi Hikmah Ilahiah tetapi sebenarnya Hikmah Ilahiah yang mengandungi manusia.
Selain dari dua kitab ini, Ibn Arabi telah menulis banyak sekali risalah-risalah tentang kosmologi seperti: Insya' al-Dawair (The Creation of the Spheres),‘Uqlat al-Mustawfiz (The Spell of the Obedient Servant), dan Al-Tadbirat al-Ilahiah (The Divine Directions). Mengenai metode praktis yang harus diikuti para murid dan salik tarikat (thariqah), seperti al-Risalat al-Khalwah (Treatise on the Spiritual Retreat) dan al-Washaya (Spiritual Counsels). Si Belerang Merah juga menulis berbagai aspek al-Quran, termasuk simbolisme huruf-huruf, mengenai asma’ dan sifat Ilahiah, mengenai syariat dan hadis dan hampir semua yang berkaitan dengan urusan religius dan spiritual. Beliau juga pernah menulis syair sufi seperti Tarjuman al-Asywaq (The Interpreter of Desires) dan juga Diwan. Secara kronologis, berikut ini adalah daftar karya-karya Ibn Arabi adalah:
  1. Mashahid al-Asrar al-Qudsiyya (Contemplations of the Holy Mysteries) (Written in Andalusia, 590/1194).
  2. Al-Tadbirat al-Ilahiyya (Divine Governance of the Human Kingdom). Written in Andalusia.
  3. Kitab Al-Isrâ’ (The Book of Night Journey). Written in Fez, 594/1198.
  4. Mawaqi' al-Nujûm (Settings of the Stars). Writen in Almeria, 595/1199.
  5. ‘Anqa` Mughrib (The Fabulous Gryphon of the West), Written in Andalusia, 595/1199.
  6. Insha’ al-Dawa’ir (The Description of the Encompassing Circles). Written in Tunis, 598/1201.
  7. Misykat al-Anwâr (The Niche of Lights). Written in Mecca, 599/1202/03.
  8. Hilyat al-Abdal (the Adornment of the Substitutes). Written in Taif, 599/1203.
  9. h al-Quds (The Epistle of the Spirit of Holiness). Written in Mecca, 600/1203.
  10. Taj al-Rasâil (The Crown of Epistles). Written in Mecca, 600/1203.
  11. Kitab al-Alif, Kitab al-Ba’, Kitab al-Ya. Written in Yerusalem, 601/1204.
  12. Tanazzulat al-Mawsiliyyai (Descents of Revelation). Written in Mosul, 601/1205.
  13. Kitab al-Jalal wa al-Jamâl (The Book of Majesty and Beauty). Written in Mosul, 601/1205.
  14. Kitab Kunh ma La Budda lil Murid Minhu (What is essential for the Seeker). Mosul, 601/1205.
  15. Fusûs al-Hikam (Vessels of Wisdom). Damascus, 627/1229.
  16. al-Futûhât al-Makkiyyah (Meccan Illuminations). Mecca, 1202-1231/629 H

     C.  Pemikiran Filsafatnya ( اثرالتفكير )
I. Pengaruh Ibnu Rusyd
Nama Ibn Arabi sudah menjadi hampir sinonim dengan doktrin wahdat al-wujud. Benar bahwa doktrin ini mempunyai peran sentral dalam metafisis Ibn ‘Arabi, tetapi agaknya pesan beliau bukan sekadar doktrin tersebut. Seluruh kehidupan Syaikh al-Akbar dan doktrin ajarannya ingin menyatakan bahwa esoterisme adalah Prinsip dan juga Jalan. Dengan kata lain, Prinsip Kebenaran (the Principle of the Truth) dan juga Jalan kepada Kebenaran (the Way to the Truth) adalah esoterisme. Satu-satunya tujuan Ibn Arabi adalah untuk mengenal—dan malah untuk merealisasikan—Realitas.
Semasa remajanya, seperti remaja-remaja lain, ia juga punya waktu untuk bersenang-senang selain dari waktu belajarnya. Pada satu masa ketika ia lagi bersenang-senang di Sevilla, dia telah mendengar suara yang memanggilnya beliau, “Hai Muhammad, bukan untuk ini kamu diciptakan.” Ia menjadi gelisah dan penasaran dengan pengalaman ini. Dalam kegelisahan itu, ia melarikan diri dan menyendiri untuk beberapa hari di sebuah tempat pekuburan. Di situlah Ibn Arabi mengalami tiga musyahadah yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan spiritual masa depannya. Dia telah bertemu Nabi Isa, Musa, dan Muhammad—yang telah memberi instruksi spiritual untuknya[1]. Pertemuan spiritualnya dengan tiga nabi besar yang mewakili tradisi Ibrahimiyah, mempunyai arti implisit yang sangat fundamental dalam doktrin ‘irfan Ibn ‘Arabi. Tradisi Ibrahimiyah terpusat pada doktrin tauhid. Tauhid dalam perspektif Ibn Arabi tidak lain dan tidak bukan adalah wahdat al-wujud. Doktrin ini adalah prinsip esoterisme dan mengejawantahkan doktrin tersebut adalah jalan esoterisme.
Doktrin ini akan menjadi “akar segala sesuatu” (the root of all things). Dan, secara lebih spesifik lagi ia akan mejadi akar metafisikanya. Ketika al-wujud adalah “the one and only Real”, yang lain semuanya akan menjadi relatif atau manifestasi bagi-Nya. Dan sebagai manifestasi, setiap detik seluruh ma siwa Allâh adalah “Dia dan tidak Dia”. Ini adalah apa yang Schuon sering istilahkan sebagai paradoks spiritual. Paradoks inilah yang telah diceritakan begitu indah sekali dalam pertemuan bersejarah antara Ibn Arabi dengan Ibn Rusyd. Ibnu Arabi mengemukakan:
"Aku pernah menginap sehari di Cordoba, di rumah Abu al-Walid Ibn Rusyd. Dia telah menyatakan keinginannya untuk bertemu denganku, karena dia pernah dengar beberapa ilham yang aku dapatkan semasa berkhalwah. Dan dia merasa sangat tertarik berkenaan ilham itu. Akhirnya ayahku, salah seorang teman dekatnya, telah membawaku kepadanya dengan alasan ada urusan dagang, agar Ibn Rusyd mendapat kesempatan untuk berkenalan denganku.
Pada masa itu aku adalah seorang remaja tanpa jenggot dan cambang di wajahku. Ketika aku memasuki rumahnya, filosof itu pun menyambutku dengan penuh kemesraan dan keramahan, dan dia terus memelukku. Kemudian dia berkata kepadaku, “Iya.” Dan kelihatan sekali kegembiraan pada wajahnya karena aku paham apa yang dia maksudkan. kemudian dia melontarkan satu pertanyaan, “Solusi apa yang telah kamu ketahui dari hasil kasyaf dan ilhammu?” Apakah ia sejajar dengan hasil pemikiran spekulatif?” Aku jawab, “ya dan tidak. Di antara ya dan tidak ini, tidak ada arwah akan terbang jauh di atas materi dan leher-leher akan terpisah dari tubuh-tubuhnya.” Ibn Rusyd menjadi pucat, dan aku lihat dia menggeletar ketika dia membisik, “La hawla wa la quwwata illa billah” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah). Ini adalah karena dia paham isyaratku. Tidak diragukan lagi Ibn Rusyd adalah seorang pemikir dan faylasuf besar. Dia berkata, “Ini adalah sesuatu yang aku sendiri telah membuktikan kemungkinannya tanpa pertemuan dengan orang yang telah mengalaminya. Subhanallah, aku hidup pada masa adanya ahli pengalaman (Ibnu Rusyd) ini, seorang yang bisa membuka kunci pintu-pintu-Nya. Mahasuci Dia yang menganugerahkan aku pertemuan dengan salah seorang dari mereka dengan mataku sendiri.[2]
Dalam pertemuan keduanya pada tempat yang sama Ibn Arabi menceritakan: "Aku ingin bertemu dengan Ibn Rusyd sekali lagi. Rahmat Ilahi membuat dia tampak kepadaku dalam keadaan ekstase hingga di antara dirinya dan diriku ada tirai yang tipis. Aku melihatnya lewat tirai itu tanpa dia melihatku atau menyadari bahwa aku berada di sana. Sebenarnya dia terlalu tenggelam dalam tafakkurnya sehingga tidak sadar terhadapku."

II. Filsafat Wahdah al-Wujud
Garis besar (outline) pemikiran filosofis-metafisis Ibnu Arabi adalah Kesatuan Eksistensi atau Wahdah al-Wujud[3] ada yang mengatakan wihdah al-Wujud (Unity of Being) dan Manusia Paripurna (al-Insan al-Kamil) atau dalam bahasa Ibnu Arabi Haqiqah Muhammadiyah, sebagaimana dipaparkan secara apik oleh mahasiswanya, Abdul Karim al-Jilli dalam karyanya al-Insan al-Kamil fi Ma'rifah al-Awakhir wa al-Awa'il.
Melalui doktrin Wahdah al-Wujud ini Ibnu Arabi menegaskan bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya eksistensi yang riil, dan dengan demikian segala sesuatu dalam ruang semesta adalah nihil belaka. Tuhan adalah Realitas Sejati dari segala wujud, oleh karena itu si Belerang Merah mengatakan dalam Futuhat al-Makkiyah:
وفي كل شيء له اية تدل على انه عينه
(dan pada segala hal terdapat tanda bahwa ia adalah Dia). Meski dari sekian banyak penganut tasawuf falsafi atau sufi besar (Quthb al-Awliya') hampir semuanya memproklamirkan gagasan ini, tapi yang menarik dan sangat istimewa dari Ibnu Arabi adalah doktrin metafisikanya diilhami oleh perempuan, terutama pada karyanya Tarjuman al-Asywaq (Tafsir Kerinduan).
               Ada tiga tokoh perempuan yang menginspirasi Ibnu Arabi dalam buku ini, yakni: (1) Fakhrun-Nisa', saudara perempuan syaikh Abu Syuja' bin Rustam al-Isbihani, (2) Qurratul 'Ain, perempuan yang ia temui ketika thawaf, dan (3) sayyidah (lady) Nidham. Hal ini ia ungkapkan dalam salah satu syairnya:
والهوى بيننا يسوق حديثا #   طيبا مطربا بغير لسان
لرايتم ما يذهب العقل فيه #  يمن والعراق معتنقان
Dari sanalah puisi-puisi spiritual dan metafisis mengalir, bahkan, dari semua karyanya Ibnu Arabi menyatakan sendiri adalah pengetahuan dari Tuhan sebagaimana yang ia tulis dalam masterpiecenya[4]:  
ولاانزل في هذا المسطورالا ماينزل به علي ولست بنبي ولارسول ولكني وارث ولاخرتي حارث
Tarjumanul Asywaq adalah diwan (kumpulan puisi) spiritual Ibnu Arabi yang paling fenomenal dan sulit diterjemahkan, bukan hanya karena ungkapan-ungkapannya metaforis, tapi juga setiap kata dan kalimatnya mengandung kode. Bias dikatakan hampir tidak ada buku-buku yang mengupas karya ini secara tuntas. Mungkin hanya mereka yang sudah bergelut dengan filsafat-tasawwuf-sejarah secara serius yang diharapkan mampu memahami karya ini. Bahkan tidak sedikit golongan tekstualis (ahli fiqh dan ahli hadits) yang mengecam dan menuduhnya kafir, zindiq dan fasiq ketika Ibnu Arabi menyatakan:    
يا من يراني ولا اراه كم ذا اراه ولا يراني
فيحمدني واحمده # ويعبدني واعبده
Padahal kalau kita telaah lebih jauh, dalam pentas pemikiran metafisika, al-Hallaj, seorang sufi martir yang fenomenal dan controversial dalam puisinya mengatakan:
مزجت روحك وروحي كما # تمزج الخمرة بالماء الزلال
فاءذا مسك شئ مسني # فاءذ انت انا في كل شئ

Dialektika pemikiran sang mahaguru (syaikh al-akbar) memang controversial, oleh karena itu kabanyakan orang awam atau juga kaum tekstualis acapkali memvonis dia—dalam konteks pemahaman akan tarjuman al-asywaq di mana ungkapan kerinduannya diapresiasikannya pada sosok ketiga perempuan di atassebagai kerinduan atau cinta yang porno, penuh birahi dan menjurus erotis (gharamiy). Orang awam memang hanya mampu memahami secara verbal dan tekstual, dangkal dan gersang, litetal dan dhahiri. Padahal yang dimaksudkan Ibnu Arabi bukan relasi cinta-rindu dan gairah yang eksoterik tapi esoteric. Oleh karena itu dia menulis sendiri syarh (komentar dan penjelasan) dari Tarjuman al-Asywaq berjudul Fath Dzakha'ir wa al-Aghlaq (Membuka Misteri-misteri dan Rahasia) sehingga, ungkapan metaforis, simbol dan teka-teki metafisis berupa wahdah al-wujud, hulul, ittihad, luthf di dalamnya menjadi sangat rasional, namun demikian tetap saja kaum tekstualis menolak karya monumentalnya, itulah menyapa ia dijuluki al-Kibrit al-Ahmar.
Di tengah kecaman dari berbagai pihak tentang teorinya yang dikenal dengan istilah "Kesatuan dan Manifestasi Tuhan dengan Kosmos" (wahdah al-wujud), Ibnu Arabi menegaskan bahwa pemikirannya bukan akal-akalan dan cari sensasi, sebab ia mengacu pada Al-Qur'an dan al-Hadits, misalnya:
  
Artinya: "Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS. Qaf: 16)

Artinya: "Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Qashash: 88)

Atau sebuah hadits Qudsi berbunyi:
كنت كنزا مخفيا فاحب ان اعرف فخلقت الخلق فبي عرفوني
Artinya: "Aku (Allah) adalah entitas yang tersembunyi. Aku ingin dikenal, lalu aku ciptakan makhluk. Karena (Aku) itulah mereka mengenal-Ku" 



[1] Lih. Stephen Hirtenstein, Dari Keragaman ke Kesatuan Wujud, hal.67
[2]   Futuhat. I: 153, sebagaimana dikutip Hirtenstein (2001: 75-6). Menurut Michel Chodkiewicz, dialog antara filsuf dan wali muda ini terkait dengan masalah kebangkitan jasmani.
[3]   Ajaran ini diilhami (setidaknya) diilhami oleh banyak tokoh diantaranya adalah Abu Yazid al-Basthami (w. 261 H) al-Ghazali (w. 505 H) serta Husein Ibnu Manshur al-Hallaj (859/244 H-922 M), muridnya Abu Qasim Junanid al-Baghdadi (w. 298 H). selain al-Ittihad, pemikiran dan doktrin al-Hallaj adalah Wahdah al-Wujud. Syairnya yang terkenal adalah:
يا دليل المتحيرين زدني تحيرا  واذاكنت كافرا فزدني كفرا
كفرت بدين الله والكفرواجب  علي وعند المسلمين قبيح
[4] Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, editor: Abul 'A'la al-Afifi, Dar al-kutub al-Arabi, Beirut, h.10 

2 komentar:

  1. melayani jasa jasa pasang dan perbaikan sebagai berikut..


    CCTV bisa dipantau dg hp.

    AC pendingin ruangan.

    bel panggil perawat atau pegawai.

    running text LED.

    GPS tracker buat kendaraan.

    ALARM gedung.

    PABX telephone lokal.

    Panel listrik dan instalasi.

    design alat sesuai kebutuhan.

    bel jam otomatis.

    alat elektronik mesincuci dll

    Speaker gedung.

    untuk info lebih lanjut mohon hub saya.
    0822 315 625 89
    Atau
    tsabitataya@gmail.com

    Saya siap brkunjung ke tempat anda.




    ac tidak dingin , servis cctv di malang , tukang cctv , cctv paket berapa , harga cctv , dvr tidak bisa merekam , jasa cctv di malang , cctv di gondanglegi ,. cctv di turen ; beli cctv dimana , cctv mati , pasang cctv, telepon rusak , pbx , kediri , blitar , , pabx , interkom mati , setting pabx di kediri , cctv di kediri, nganjuk , madiun , cctv rusak , dengan , di , pabx , ngadiluwih , pare , dampit , rumah aman , turen , kepanjen , makanan , rejoso , kepanjen , ac rusak , ac dengung , cctv mati , telepon tidak bunyi , tulungagung , malang, madiun , jombang , tidak bisa online , cctv indoor , harga murah , cctv indoor, cctv di turen , servis cctv di malang ,
    rusak ? hub kami., cctv di nganjuk, jual cctv di turen, cctv murah di nganjuk, cctv rusak, cctv tidak bisa onlen, cctv android, jasa cctv di kepanjen, tukang cctv di dampit, ahli pasang cctv, pasang cctv di kediri, jual cctv malang, fungsi cctv adalah, beli cctv dimana, cctv dome, cctv buat rumah, cctv kena petir, pengaman rumah, alarm rumah, cctv yang murah, rekaman cctv, bisa dilihat dg hape, cctv mati, cctv di nganjuk, jasa cctv di kediri, cctv di tulungagung, cctv di batu malang, dvr tidak merekam, cctv tahan cuaca, spycam, hidden kamera, cctv kecil, cctv analog, ac tidak dingin, ac tambah freon, r22, ac mati hidup, pabx rusak, telepon mati, ada kerusakan, ac di turen, ac di malang, nambah freon, ac di malang, service ac, pabx, telepon putus, dering telepon, kenapa telepon mati, cctv, cctv, pengaman rumah, cctv infrared, tukang cctv, jual cctv murah, paket cctv, kota kediri, kota malang, area blitar, area malang, area kediri, kota kediri, kota malang, kota malang, malang cctv, malang cctv, cctv di malang selatan, cctv dampit, cctv di dampit, ac di turen, ac kota malang, tukang ac di turen, jasa ac di turen, jasa ac di malang kota, tambah freon ac, ac tidak dingin, jasa cctv di turen, tukang service di turen, service di dampit, cctv dampit, cctv rumah, pengaman rumah, alarm kebakaran, terekam cctv, perekam cctv, mesin cctv rusak, cctv tidak tampil, cctv infrared. di malang, cctv di malang, cctv malang raya, cctv untuk malang, cctv di malang, cctv malang raya, di malang, cctv malang, cctv dampit, cctv di dampit, cctv di bululawang, cctv kepanjen, arema cctv, cctv dipasang, cctv murah, cctv rumah, cctv internet, cctv malang, cctv wlingi, cctv rusak, cctv mati, jual cctv di malang, jual cctv, toko cctv malang, ahli cctv, cctv malang

    BalasHapus